
TAMIANG LAYANG – Pemerintah Kabupaten Barito Timur melalui Dinas Kesehatan menggelar Pelatihan Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) 2025 sebagai langkah penting dalam pemutakhiran data sanitasi dan upaya pencegahan stunting. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Barito Timur, dr. Jimy WS Hutagalung, MMKes, Senin (29/9/2025), di Aula Hotel Ade Tamiang Layang.
Dalam sambutannya, Jimy menekankan bahwa sanitasi merupakan salah satu indikator kemajuan daerah sekaligus menjadi isu strategis nasional. Sejak diluncurkannya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) pada 2009, seluruh kabupaten/kota dituntut memiliki strategi sanitasi kota (SSK) dan memorandum program sanitasi (MPS).
“Program PPSP sejalan dengan agenda strategis Bupati Barito Timur 2025–2029, yakni memastikan 100 persen akses air minum rumah tangga di pedesaan serta peningkatan akses sanitasi aman pada 2029. Ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat menjadi prioritas,” ujar Jimy.

Jimy menjelaskan, Study EHRA sebelumnya pernah dilaksanakan pada 2015 dan 2019. Tahun ini, pemutakhiran kembali dilakukan, namun dengan skema berbeda karena efisiensi anggaran. Dari rencana awal 104 desa dan kelurahan, survei hanya dilaksanakan di 50 desa dan kelurahan.
EHRA sendiri merupakan studi partisipatif untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi, perilaku higiene, dan risiko kesehatan di tingkat rumah tangga. Hasilnya akan menjadi potret sanitasi daerah serta acuan penyusunan kebijakan lima tahun ke depan.
“Sanitasi yang buruk menjadi salah satu faktor pemicu stunting. Barito Timur termasuk dalam 160 kabupaten/kota yang masih menghadapi masalah ini. Karena itu, saya harapkan para petugas enumerator, supervisor, dan koordinator kecamatan benar-benar teliti dan bekerja sungguh-sungguh agar data yang dihasilkan valid,” tegasnya.
Selain sebagai rujukan indikator sanitasi, Jimy menilai Study EHRA juga berperan penting dalam advokasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan. Data yang diperoleh akan membantu memetakan wilayah berisiko, sekaligus memperkuat perencanaan program sanitasi.
Ia menambahkan, keberhasilan Study EHRA tidak hanya bergantung pada enumerator di lapangan, tetapi juga sinergi lintas perangkat daerah yang tergabung dalam Pokja Sanitasi Kabupaten, mulai dari Bappeda, Dinas Pendidikan, PUPR, BLHD, BPMPD, hingga Diskominfo.
“Apabila semua pihak bersinergi, persoalan sanitasi di Barito Timur akan lebih mudah diatasi. Kehadiran narasumber dari Pokja AMPL Provinsi Kalimantan Tengah juga diharapkan mampu memperkuat pemahaman peserta mengenai peran masing-masing OPD serta melatih enumerator agar siap di lapangan,” katanya.
Dengan mengucapkan syukur, Kepala Dinas Kesehatan secara resmi membuka kegiatan Pelatihan Study EHRA Kabupaten Barito Timur Tahun 2025 yang akan berlangsung selama dua hari.(cak/asa)
529 total, 529 kali dibaca hari ini